STOP KEKERASAN, BRIPDA FITRIA RAHMADANI DATANGI ALMAMATER

iklan adsense
STOP KEKERASAN, BRIPDA FITRIA RAHMADANI DATANGI ALMAMATER

MENTAWAI, Pionir—Begitu Bripda Fitria Rahmadani memasuki gerbang sekolahnya SMAN 1 Pagai Utara Selatan, desa Sikakap, kecamatan Sikakap, kabupaten Kepulauan Mentawai pada Selasa pagi 21 Juli 2020, berbagai kenangan pun datang membayang. 

Bagi Fitria Rahmadani masa SMA itu adalah masa-masa paling berkesan dibandingkan di SD dan SMP. Sebab kala itu orang-orang yang duduk di bangku SMA pikirannya sudah mulai berkembang. Tidak seperti anak kecil lagi ! Ia juga begitu rindu suasana di dalam kelas saat masih menimba ilmu di SMAN 1 Pagai Utara Selatan itu. 

Tak mengherankan bila semua kenangan pun datang membayang, mulai dari suasana kelas yang diam saat diajar oleh guru yang galak, suasana kelas yang aktif saat diajar guru yang asyik sampai suasana kelas yang ramai saat tidak ada guru. 

Tak hanya itu, masih segar dalam ingatan Fitria Rahmadani kekompakan kelas ketika ada acara di sekolah atau kekompakan saat liburan dengan teman sekelas. Ia juga masih ingat, bahwa masa-masa SMA itu--khususnya bagi perempuan--merupakan masa-masa mulai merawat diri biar lebih PD terhadap lawan jenis. 

Namun kedatangan Fitria Rahmadani ke SMAN 1 Pagai Utara Selatan pada Selasa itu bukan untuk melepas rindu atau bersenda gurau dengan sesama alumni. Kedatangan cewek berparas keibuan yang sekarang sudah menjadi seorang brigadir polisi itu adalah untuk melakukan sosialisasi "stop kekerasan seksual pada anak dan perempuan" di almamaternya tersebut. 

Kepada para siswa dan guru di sekolah itu Bripda Fitria Rahmadani mengatakan bahwa saat ini marak terjadi kekerasan seksual yang melibatkan anak sebagai korban, bahkan perempuan sekalipun. Modus dari tiap kasusnya pun berbeda-beda. Ada yang menyampaikan berita mistis bahwa jin bersemayam di bagian-bagian tubuh anak. Lalu si anak disuruh melepas pakaian untuk melakukan ruqyah. Ada yang menyuruh anak untuk duduk diatas paha mereka (dipangku), dan masih banyak modus lainnya. “Masa tumbuh kembang anak memang sangat penting. 
Maka, permasalahan anak yang menjadi korban kekerasan seksual layak dituntaskan. Anak yang sering bermain di luar tanpa pengawasan orang tua bisa menjadi penyebabnya. Mereka cenderung lebih suka untuk tidur di luar, mandi di tempat terbuka, dan lain sebagainya. 

Bahkan, budaya asing dan jeleknya moral yang ada di lingkungan luar dapat diserap begitu cepat oleh anak jika tak memiliki pengawasan yang ketat oleh orang tua,” ungkap Bripda Fitria Rahmadani mengingatkan.  
Dari beberapa kasus yang pernah terjadi kata Bripda Fitria Rahmadani menjelaskan, pelaku juga mengincar anak yang pendiam dan pemalu. Dengan begitu, kecil kemungkinan si anak akan melaporkan apa yang telah terjadi pada dirinya. 

Dalam hal ini kata dia melanjutkan, hubungan antara masyarakat dan pemerintah menjadi hal yang penting. Peran keluarga dan masyarakat harus dilibatkan dalam pengawasan dan pendidikan. Karena, dengan terciptanya lingkungan yang baik, akan memberikan potensi yang kecil bagi pelaku untuk berbuat kekerasan seksual. 

Untuk itu kata Bripda Fitria Rahmadani jika ada segala bentuk kekerasan dapat segera dilaporkan ke pihak kepolisian agar segara pula ditangani. (Firman Sikumbang)
iklan adsense

Post a Comment

0 Comments