KAPOLSEK IV KOTO TAK MENAMPIK KESADARAN PROKES MASYARAKAT MASIH KURANG 

iklan adsense

KAPOLSEK IV KOTO TAK MENAMPIK KESADARAN PROKES MASYARAKAT MASIH KURANG 

BUKITTINGGI, Pionir—Jumlah pasien positif virus corona atau Covid-19 di Indonesia hingga tersus melonjak drastis sejak kasus pertama positif Covid-19 diumumkan pemerintah pada 2 Maret 2020 lalu. Penularan kasus yang masih terus terjadi, disebabkan masih banyak warga yang tidak mematuhi protokol kesehatan dalam menjalankan aktivitas. 

Fakta pun membuktikan ketidakpatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan merupakan penyumbang terbesar kasus positif Covid-19 di Indonesia. 

Hal itu terbukti saat tim gabungan melakukan razia, dimana masih banyak ditemukan masyarakat yang terlihat tidak menggunakan masker. Ini diakui Kapolsek IV Koto, Polres Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar) Iptu Dedi Kurnia pada Pionir, Rabu sore 25 November 2020. 

“Saat tim gabungan, yang terdiri dari personil Polsek IV Koto, anggota TNI, Satpol PP Kabupaten Agam, Dishub Kabupaten Agam, personel BPBD Kabupaten Agam, tenaga kesehatan, dan Kasi Trantib beserta pemerintah Kecamatan IV Koto melakukan operasi yustisi adaptasi kebiasaan baru dalam rangka mencegah penyebaran dan penularan Covid-19, pada Selasa pagi 24 November 2020, di Jalan Raya depan RM Eny di Jorong Galudua, Nagari Koto Tuo, Kecamatan IV Koto masih banyak menemukan masyarakat yang melanggar protokol kesehatan (Prokes), seperti tidak memakai masker,” kata Dedi Kurnia.

Saat itu kata Dedi Kurnia, sedikitnya ditemukan sebanyak 52 orang pengguna jalan terjaring operasi yustisi dalam rangka menegakkan Perda Provinsi Sumatera Barat, Nomor 6 tahun 2020, tentang Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB

“Bagi yang melanggar Prokes tersebut, kita arahkan ke posko untuk didata dan ditindak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Terhadap para pelanggar ini diberi sanksi sosial atau denda sebesar Rp100 ribu. Namun pada operasi kali ini, semua pelanggar menjalankan sanksi sosial, yaitu membersihkan dan menyapu sampah yang berserakan di sekitar lokasi operasi,” ujar Dedi Kurnia. 

Melihat fakta itu, Iptu Dedi Kurnia mengatakan, masyarakat belum sepenuhnya mendukung pemerintah untuk memutus mata rantai Covid-19. Padahal bisa saja orang yang berada di sekitar mereka sudah terjangkit virus mematikan itu, tetapi tidak ada gejala atau biasa disebut Orang Tanpa Gejala (OTG) yang dapat menyebarkan virus kepada mereka. 

Hal ini, kata Dedi Kurnia, bisa juga disebabkan banyaknya asumsi-asumsi yang terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu, seperti virus corona yang eksistensinya diragukan, anggapan bahwa anak muda lebih kebal daripada orang tua, dan asumsi lainnya. 

Seharusnya kata Iptu Dedi Kurnia, masyarakat mau bekerja sama untuk bersama-sama menekan laju penyebaran Covid-19 ini dikarenakan tenaga dokter, perawat dan rumah sakit tempat isolasi yang terbatas jika kasusnya terus meningkat.

“Jadi, yang perlu dilakukan sekarang yaitu kita bersama-sama saling membantu untuk berusaha memutus mata rantai penyebaran virus ini. 

Kita harus sadar untuk terus patuh dan disiplin protokol kesehatan seperti menggunakan masker, physical distancing dan selalu mencuci tangan setelah beraktivitas. Peran serta kita sangat membantu pemerintah dalam menanggulangi Covid-19,” kata Iptu Dedi Kurnia mengingatkan. (Firman Sikumbang)

iklan adsense

Post a Comment

0 Comments