Mungkinkah Pileg Kali ini Akan Berbeda

iklan adsense

Mungkinkah Pileg Kali ini Akan Berbeda

Oleh : Firman Sikumbang



Bila tak ada aral melintang, pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi, Kabupaten dan Kota, serta Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) akan diselengarakan pada tanggal 14 Februari 2024.

Pemilu Legislatif (Pileg) tersebut dilaksanakan bersamaan dengan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) Indonesia 2024 dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Dalam perhelatan akbar tersebut Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan 17 partai politik nasional dan 6 partai politik lokal Aceh yang akan berlaga di tahun 2024 tersebut.

Ini adalah perulangan agenda 5 tahunan yang selalu ada di negara kita Indonesia. Namun pertanyaannya, seberapa jauh kita bisa berharap bahwa Pileg 2024 akan menghasilkan wakil-wakil rakyat yang lebih baik? 

Mungkinkah Pileg kali ini akan berbeda dengan pemilu-pemilu legislatif sebelumnya dan menjadi awal bagi sebuah perubahan? Wallahualam Bissawab,  'Hanya Allah yang lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya'. 

Bagi saya pribadi, tentu pertanyaan tersebut tidak mudah untuk dijawab, apalagi dari periode ke periode masa jabatan para anggota dewan tersebut, baik DPR RI maupun DPRD Provinsi/ Kabupaten/Kota, nyaris terus dibuat kecewa dengan kinerja wakil-wakil rakyat hasil pemilu-pemilu legislatif sebelumnya. 

Belum lagi melihat sikap para elit politik selama ini yang cenderung memupuk polarisasi dan partisanship atau sikap berat sebelah yang condong menunjukan keberpihakan pada sesama anggota partai. Akibatnya obyektivitas menjadi subyektivitas kelompok dan akal sehat menjadi “akal jahat” akan mengemuka. 

Akankah realita ini akan kembali berulang pada Pemilu Legislatif 2024 mendatang. Lagi-lagi saya hanya bisa berkata Wallahualam Bissawab !

Namun bila melihat realita saat ini, dimana semerbak harumnya aroma pesta demokrasi rakyat 2024 kian mewangi di seantero jagat, termasuk daerah Sumatera Barat, calon legislatif sudah mulai setor wajah. Bahkan ada yang turun ke lapangan bertatap langsung dengan warga. Beragam gaya dilakukan, dengan bagi sembako (sembilan bahan pokok). Selama ini mereka entah kemana, sekarang terlihat akrab dan hadir di masyarakat. 

Kalender dan pamflet telah menghiasi sudut kota hingga kampung. Wajah terpampang di kalender dan baliho yang terpoles habis, pria terlihat gagah, wanita juga cantik. Bahkan, bentuknya jauh dari asli. Bak, lirik sebuah lagu yang dirilis pada tahun 1994 salah satu singel milik Dewi Yull "Kau Bukan Dirimu Lagi". Para Caleg memasang poto visual editing dengan gaya melibatkan saran fotografer. 

Bahkan, para caleg di baliho itu layaknya seperti artis iklan papan atas, diambil dari sudut yang sangat menarik. Bisa dipastikan, tak satupun caleg yang memasang poto standar. Seperti untuk KTP, SIM atau ijazah. Para Caleg mengapitalisasi sudut wajah terbaik mereka. Termasuk pencahayaan dan editing photoshop. Itupun disertai senyuman dan pencahayaan yang cemerlang.

Ironisnya, selama ini tak pernah pakai peci, poto dipasang pun bernuansa Islami. Lengkap berlatar belakang mesjid dan berselempang kain sorban di dada, layaknya seorang buya. Padahal, selama ini kesehariannya biasa-biasa saja. Luar biasa, nuansa Pileg merubah segalanya, jauh dari wajah dan karakter asli, politik identitas demi satu tujuan, yaitu menarik simpatik warga.

Selain pencitraan lewat baliho, bertandang ke kedai duduk-duduk bersama warga juga dilakukan. Tak pernah shalat berjemaah di mesjid atau mushalla, sekarang datang paling cepat dan mengisi barisan Shaf paling terdepan. Sebelumnya, jarang bertegur sapa, sekarang senyum menghiasi pipi setiap bersua warga.

Uniknya, setiap ada acara di kampung tak pernah datang, apalagi menyumbang. Kegiatan gotong royong tak pernah hadir, sekarang tampil terdepan. Bahkan, masuk dan keluar got ikut goro dilakukan demi simpatik, kalau selama ini "saku-saku diatribut pakaian terjahit", kini sudah mulai royal. Perubahan 360 derjat dari sebelumnya ini dilakukan demi tujuan Pileg 2024 nanti.

Begitu juga petahana, selama ini menemui warga menjemput aspirasi, sekarang mulai sering kelapangan. Selama ini, turun reses dibiayai negara mendatangi warga, kini hampir tiap hari. Pokir dan Bansos membantu warga, sekarang mulai menggunakan uang pribadi untuk bagi Sembako maupun sumbangan lainnya. Yang jelas, agenda sekali lima tahun jelang dapat suara.

Hal ini terjadi sekali lima tahun mengiring pesta demokrasi. Pesta selesai, kembali ke pribadi semula dan menjadi diri sendiri. Bagi yang terpilih menikmati pesta dan susah lagi untuk ditemui. Begitu juga yang tak terpilih menghilang entah kemana, bahkan enggan menyapa warga. Entahlah, mungkin ini dilema, ada ada saja yang terjadi pada pesta demokrasi. Tapi, warga sekarang sudah cerdas untuk menilai. Sembako diterima, serangan pajar dinikmati, duduk diwarung, minum teh telur, juga didapat. Urusan pilih memilih belakangan, dan untuk finalnya nanti di bilik suara.

iklan adsense

Post a Comment

0 Comments