POLSEK KAMPUNG DALAM DAMPINGI KAUM SUKU JAMBAK MENGAMBIL KEPUTUSAN ADAT 

iklan adsense

POLSEK KAMPUNG DALAM DAMPINGI KAUM SUKU JAMBAK MENGAMBIL KEPUTUSAN ADAT 

PARIAMAN KOTA, Pionir--Nagari Kudu Gantiang Barat, Kecamatan V Koto Timur Kabupaten Padang Pariaman secara administratif merupakan masuk dalam wilayah Pemerintahan Kabupaten Padang Pariaman, namun secara yuridis daerah ini merupakan wilayah hukum Polsek Kampung Dalam, Polres Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar).

Fakta membuktikan sebenarnya nagari ini memiliki potensi yang sangat besar, baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun kelembagaan atau organisasi. 

Sampai saat ini, potensi sumber daya yang ada belum benar-benar optimal diberdayakan. Lahan pertanian daerah ini masih dapat ditingkatkan produktifitasnya karena saat ini belum dikerjakan secara optimal, dikarenakan kurangnya kretifitas para petani. 

Sementara kehidupan masyarakatnya masih kental dengan adat istiadat. Di nagari ini budaya musyawarah dalam menyelesaikan permasalahan dalam nagari juga masih terpelihara dengan baik. 

Fakta ini terbukti ketika munculnya sengketa saat pembangunan talud, untuk menjaga struktur tanah agar tidak dan tetap stabil. 

Persoalan itu pun diselesaikan secara musyawarah melalui rapat kaum suku Jambak, di Masjid Raya Tigo Jerong, Minggu malam 13 Desember 2020. 

Penyelesaian sengketa melalui musyawarah itu diakui Kapolsek Kampung Dalam AKP Kasman S.Sos.MH pada Pionir, Senin 14 Desember 2020. 

Dikatakannya, musyawarah itu dihadiri oleh Wali Nagari Kudu Gantiang M.Yunin, Wali Nagari Kudu Gantiang Barat, Sekretaris KAN Kudu Gantiang Uncu Salafi, ninik mamak suku Jambak, Nagari Kudu Ganting Zulkarnain Dt Bandaro Basa, para niniak mamak dan pemuka masyarakat serta Bhabinkamtibmas Nagari Kudu Gantiang Barat Brigadir Razul Yasir, dengan tetap mematuhi protokol Covid-19. 

Menurut AKP Kasman, permasalahannya berawal pada hari Senin 7 Desember 2020 jam 09.00 WIB. Saat itu pekerja dari CV Kambang Mandiri mengerjakan Talud Kapalo Banda (Dam Parit) Surau Karanggo Korong Tigo Jerong, Nagari Kudu Gantiang Barat, tiba-tiba datang Eri Mansardin dan melarang pekerja untuk membersihkan pinggir banda (sungai kecil) tersebut, karena banda tersebut akan dipasang Talud dan Dam Parit untuk mengairi sawah seluas 25 hektar. 

Lantaran para pekerja itu tidak mengindahkan larangannya, Eri Mansardin mengancam dengan kata-kata ; “Waang bakarajo juo lai, beko den tabeh lihia ang jo ladiang ko beko”. 

Mendengar ancaman itu akhirnya para pekerja tersebut menghentikan aktifitasnya dan melaporkan peristiwa tersebut kepada Walikorong Tigo Jerong, Zimy Novi Santoria dan kepada ninik mamak suku Jambak, Nagari Kudu Ganting Zulkarnain Dt Bandaro Basa. Sebagai ninik mamak Zulkarnain Dt Bandaro Basa berusaha menasehati Eri Mansardin. 

Namun kata AKP Kasman menjelaskan, saat itu Eri Mansardin malah melawan dan terkesan melecehkan ninik mamak tersebut.

Saat itu Eri Mansardin malah menyuruh mengerjakan Talud itu dari lokasi yang dilarang ke arah atas, yaitu arah sawah pusako istrinya yang juga dibawah naungan Dt Bandaro Basa, dalam arti kata pekerjaan berbalik arah dengan gambar. 

Bila itu dilakukan, baru ia memberi izin penegerjaan Talud tersebut. Walikorong yang saat itu mendampingi Zulkarnain Dt Bandaro Basa menjawab, nanti tahun depan dikerjakan dengan usulan menggunakan dana nagari.

Malah ajakan Walikorong itu tidak digubris Eri Mansardin. Ia malah menjawab tidak percaya dengan Walinagari dan perangkatnya, karena disana banyak orang maling.

“Atas peristiwa tersebut pekerjaan Dam Parit dipindahkan ke Korong Talau yang juga wilayah Nagari Kudu Gantiang Barat,” kata AKP Kasman. 

Terkait dengan hasil musyawarah melalui rapat kaum suku Jambak itu didapat keputusan, Eri Mansardin dibuang secara adat yaitu tidak boleh bertempat tinggal di Nagari Kudu Gantiang khususnya Korong Tigo Jerong dan Korong Balai Kudu dan tidak boleh ikut campur tentang urusan sako dan pusako istrinya karena statusnya urang sumando. 

Keputusan berikutnya, bila Eri Mansardin sudah menyadari kesalahannya, maka dia harus membayar kesalahannya secara adat, yaitu adat diisi lambago dituang. Kemudian, bila keputusan tersebut tidak diindahkan, maka kaum suku Jambak akan melakukan tindakan kepada Eri Mansardin. 

Kata AKP Kasman, keputusan itu dihadiri sekitar 200 orang anak kemenakan Zulkarnain Dt Bandaro dan ditandatangani oleh ninik mamak, urang tuo suku Jambak yaitu Syaifullah, Busrial Salim, Sofyan dan Jasman, ketua pemuda Tigo Jerong Ir Akhiruddin dan Ketua Pemuda Balai Andy dan Walikorong Tigo Jerong Zimy Novi Santoria dan Walikorong Balai Kudu Junaidil. (Firman Sikumbang)

iklan adsense

Post a Comment

0 Comments